Malam
Malam
Lihatlah, langit mulai menghitam saat senja beranjak pergi berganti malam. Suara Adzan Magrib terdengar bersahutan, menandakan kita segera menghadap pada-Nya.
Malam menjelang, langit berangsur gelap makhluk hidup kembali pulang ke tempat hangat, tak terlihat burung di angkasa entah mereka terbang melewati senja.
Malam tiba terasa hening, saatnya bermunajat pada-Nya melepas duniawi. Cipratan air mendinginkan dan menyegarkan wajah lelah setelah seharian berkutat di perjalanan, saatnya rehat mengendurkan urat-urat.
Mengejar duniawi tidak akan pernah usai, selalu ada dan tidak pernah selesai, seringkali kita diperbudak urusan duniawi, meski lelah, jika harus berlari akan terus berlari.
Malam mengingatkan kita untuk kembali pulang, tubuh perlu istirahat untuk mempersiapkan kembali berkutat di jalanan. Sekelumit kisah manusia berada di perantauan.
Malam tiba, rembulan terlihat di kegelapan bersinar bagai permata, mengurangi kepekatan langit. Langit kita sama, rembulan kita sama, memandang di tempat berbeda.
Malam semakin larut, berkutat dengan lembaran kertas menemani malam panjang, kata libur seolah hilang, hening teramat hening berkawan sebelum uluran tangan datang.
Hidup terus berjalan, tak perlu berhenti di tengah jalan, lanjutkan perjalanan meski melelahkan, bila dijalani dengan ketenangan semua terlewati.
Cahaya diujung jalan masih ada, menanti anak manusia yang sedang berjalan, pelan tapi pasti meraih kesuksesan. Tetaplah berjalan meski pelan tapi pasti.
Malam berhias rembulan menyaksikan anak manusia tertidur lelap berselimut malam. Menyongsong hari esok yang cerah, sambutlah dengan senyuman. Rasa bahagia menanti.
Selamat malam, tidurlah dengan lelap dalam dekapan malam. Rembulan masih utuh di pangkuan malam.
Fiksi
Nikmati Karya fiksi 1919 mulai dari Novel, Cerpen, Cerbung, Puisi hingga Cerita Anak
Klik gambar untuk membaca karya fiksi