[Musikalisasi Puisi ] Kopi, kata dan kita
Musikalisasi Puisi
Judul: Kopi, Kata dan Kita
Karya: Warkasa1919
Suara : Apriani Dinni SN
Video Editor: ADSN1919
Ilustrasi Gambar: www.canva.com
Kopi, kata dan kita
Apa yang engkau ingat tentang kita?
Apa yang engkau ingat tentang kata?
Dan apa yang engkau ingat tentang secangkir kopi yang pernah kita sesap bersama?
Apakah engkau masih ingat tentang kata dan kopi yang pernah terucap dari bibir - bibir kita? Saat itu untaian demi untaian kata terucap dari bibir kita begitu saja dan tanpa ada perencanaan sebelumnya.
Dan apakah engkau tau? Bahwa kini, di depan secangkir kopi yang pernah kita sesap bersama, saat ini, kata demi kata yang tidak terencanakan sebelumnya itu mulai terlihat menjadi nyata.
Apakah engkau masih ingat? Saat itu, di depan secangkir kopi, engkau berkata, "Suatu saat kita akan pergi kesana."
Di bawah semburat cahaya senja, saat itu kulihat satu jari telunjukmu menunjuk ke arah sebuah Kota. Dan saat itu, sambil tersenyum aku melihat ke arah sebuah Kota sambil mendengarkanmu kembali berkata,"Itu adalah kota impian, Kota impian para Pujangga."
Kini, setelah sekian lama, di depan secangkir kopi yang sama, ternyata aku dan engkau masih menginginkan hal yang serupa. Tapi, apakah engkau masih ingat? Bahwa engkau dahulu juga sering bertanya,
Apa kabar kopi?
Apa kabar kata?
Apakah kalian baik-baik saja disana?
Apakah engkau tau? Bahwa setelah sekian lamanya bergulat dengan kata - kata, di depanmu dan di depan secangkir kopi yang pernah kita sesap bersama, aku masih ingat bahwa masih ada mimpi - mimpi kita yang masih belum terwujud secara nyata.
Apakah engkau tau? Bahwa hingga saat inipun aku masih percaya dan berharap bahwa semua mimpi-mimpi kita itu akan menjadi nyata.
Apakah engkau masih memiliki mimpi dan harapan yang sama? Harapan dan impian bahwa suatu saat engkau dan aku tetap akan menjadi "kita" untuk selama.
Dan apakah engkau masih percaya? Bahwa aku, dan engkau adalah kita, kita yang percaya bahwa kopi dan kata adalah napas yang menggerakkan kehidupan kita.
Kini, di ujung masa, apakah engkau masih percaya? Bahwa engkau dan aku sesungguhnya "ada" karena kata-kata yang pernah terucap di hadapan secangkir kopi di suatu senja.